SOLO -Pemkot Surakarta
dinilai tak serius menggarap wilayah Solo Utara sebagai kawasan
investasi baru. Padahal, pengembangan Solo utara selalu
didengung-dengungkan selama lima tahun terakhir.
Hal itu menjadi sorotan Badan Anggaran
(Banggar) dalam pembahasan Laporan Ketarangan Pertanggungjawaban (LKPj)
Akhir Masa Jabatan (AMJ) Walikota 2010-2015 dan LKPj Tahun 2014. Anggota
Banggar Edy Jasmanto mengatakan, wacana pengembangan Solo utara itu tak
dibarengi dengan pembenahan infrastruktur pendukung.
“Investasi Solo itu puncaknya di 2012
dengan nilai Rp 2,8 triliun. Namun pada 2014 justru menjadi Rp 1,4
triliun. Walikota beralasan itu keterbatasan lahan dan kejenuhan
investasi di Solo tengah dan selatan. Lalu investasi akan diarahkan Solo
utara. Bagaimana invesasi mengarah ke sana kalau infrakstruktur
pendukung tak dipenuhi,” terang Edy.
Dia mencontohkan, di wilayah tersebut
masih ditemukan banyak jalan rusak. Bahkan akses menuju RSUD Kota
Surakarta di Kampung Ngipang, Kadipiro, Banjarsari pun tak juga
diperbaiki. Drainase di kawasan Solo utara juga masih banyak yang
kerusakan. Kondisi tersebut menyebabkan banyak genangan dalam kota dan
kemacetan.
Wakil Ketua Fraksi Persatuan Indonesia
Raya (FPIR) itu mengatakan, wacana yang digagas Pemkot itu masih sebatas
angan-angan. Dia belum melihat konsep yang jelas soal jenis investasi
yang akan diarahkan ke Solo utara.
Edy juga kecewa dengan jawaban Walikota
yang menyebut salah satu upaya untuk merangsang investasi di wilayah itu
dengan memberikan kemudahan perizinan usaha, serta pengurangan bahkan
pembebasan retribusi bagi pelaku.
“Lho kok mempermudah perizinan itu
maksudnya apa ? Izin yang mudah dan cepat itu sudah menjadi keharusan.
Berarti bisa saja nanti ada perizinan yang dipersulit ? Jangan-jangan
saking mudahnya, izin belum lengkap pun sudah bisa beroprasi, seperti
toko-toko modern itu. Yang namanya prosedur itu kan mestinya standar dan
berlaku sama,” ungkapnya lagi.
Menurutnya, dengan infrakstuktur yang
lengkap dengan sendirinya pelaku usaha akan memilih Solo utara sebagai
lokasi pengembangan usaha.
Hal senada disampaikan Anggota Banggar
Supriyanto. Menurutnya, Walikota berulang-ulang menyebut Solo utara
sebagia lokasi investasi baru. Namun, program-program tak mengarah ke
sana.
“Kalaupun ada pembangunan infrastruktur
di Solo utara itu muncul saat pembahasan APBD di DPRD. Jadi, dinas
teknis justru tak memprogramkan itu. Seperti Jembatan Gajah Putih,
Komplang dan lainnya. Akses RSUD juga belum diperbaiki, padahal sudah
lama beroperasi,” kata Ketua Fraksi Demokrat Nurani Rakyat (FDNR) itu.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Surakarta Ahyani mengatakan, pembangunan
infrakstruktur di Solo utara itu terkendala besarnya anggaran yang
dibutuhkan. “Membangun infrastruktur itu biayanya mahal. Jika
mengandalkan APBD itu sangat terbatas. Kami masih mengandalkan
pemerintah pusat. Kalau sektor swasta mau masuk, itu bisa cepat,”
terangnya.
Yani menambahkan, pihaknya telah
melakukan pemetaan potensi investasi yang bisa dikembangkan di kawasan
tersebut. Hal itu pula yang ditawarkan kepada investor.
“Setiap ada investor yang hendak membuka
usaha di Solo selalu kami arahkan ke wilayah utara. Potensi yang bisa
dikembangkan di sana, terutama bidang kesehatan, pendidikan dan
perumahan. Bidang industri juga masih memungkinkan di Mojosongo
(Kecamatan Jebres), meskipun spacenya kecil,” ungkapnya.
Pemkot juga telah menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Solo Utara dan Detail Engineering Design pendukungnya. Selain itu, disiapkan pula penataan koridor Solo utarayang akan menjadi daya tarik tersendiri atau urban catalis.
Dini Tri Winaryani
http://joglosemar.co/2015/04/pemkot-solo-dinilai-tak-serius-garap-kawasan-solo-utara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar